Wednesday 30 April 2014



Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhuma berkata :

"Semua bid'ah sesat walaupun seluruh manusia menganggapnya baik."

[Diriwayatkan oleh al Laalikaai (no 126), Ibnu Baththah (205), al Baihaqi dalam kitab al Madkhal Ilas Sunan (191), Ibnu Nashr dalam kitab as Sunnah (no 70)].

Ucapan Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma ini menjadi peringatan bagi siapa saja, bahawa jumlah bukan ukuran kebenaran. 

al Fadhl bin Iyadh rahimahullah, ia berkata :

˜Janganlah merasa asing dengan jalan hidayah kerana sedikitnya orang yang melaluinya. Dan jangan pula terpedaya dengan banyaknya orang-orang yang sesat binasa."
[ Ucapan ini dinukil oleh adz Dzahabi dalam kitab Tasyabbuhil Khasis, halaman 33]

banyak ayat yang menjelaskan, jumlah yang banyak sering kali memperdaya manusia. Diantaranya adalah firman Allah :

َإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah". [Al An'am : 116].

قُلْ لا يَسْتَوِي الْخَبِيثُ وَالطَّيِّبُ وَلَوْ أَعْجَبَكَ كَثْرَةُ الْخَبِيثِ فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan".
[Al Maidah : 100].

Allah Azza wa Jalla telah menegaskan, bahawa manusia yang menentang itu memang lebih banyak jumlahnya :

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

"Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya". [Yusuf:103].

Ibnu Qayyim al Jauziyah rahimahullah berkata di dalam kitab Ighatsatul Lahfaan min Mashaayidis Syaithaan, hlm. 132-135 :
"Orang yang mempunyai bashirah dan kejujuran, tidaklah merasa asing kerana sedikitnya pendukung dan kerana kehilangan dukungan. Apabila hatinya merasa telah menyertai generasi awal yang telah Allah beri nikmat atas mereka dari kalangan nabi, para shiddiqin, para syuhada' dan orang-orang sholeh, sungguh mereka adalah sebaik-baik penyerta. Keterasingan seorang hamba dalam perjalanannya menuju Allah merupakan bukti ketulusan niatnya".

sungguh baik apa yang dikatakan oleh Abu Muhammad Abdurrahman bin Ismail Abu Syaamah dalam bukunya al Hawaadits wal Bida' :

"Perintah untuk melazimi jama'ah, maksudnya ialah melazimi kebenaran dan mengikutinya walaupun yang mengikutinya sedikit dan yang menyelisihinya banyak jumlahnya. kerana kebenaran itu ialah yang dipegang oleh jama'ah pertama dari zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sahabat beliau. Jadi, janganlah engkau melihat banyaknya pelaku bid'ah sesudah mereka".

Nu'aim bin Hammad berkata :
"Yakni apabila jama'ah manusia sudah rosak, maka hendaklah engkau mengikuti jama'ah awal sebelum rosak, walaupun engkau seorang diri. kerana engkaulah jama'ah di kala itu".

sepertimana Imam al Auzaa'i rahimahullah berkata :
"Hendaklah engkau mengikuti jejak Salaf, walaupun manusia menolakmu. Dan tinggalkanlah pendapat manusia, walaupun mereka menghiasinya dengan kata-kata manis".

Demikianlah keadaannya, seperti yang digambarkan oleh al Hasan al Bashri :
"Sesungguhnya Ahlu Sunnah adalah yang minoriti jumlahnya pada masa awalnya dan pada masa yang akan datang".

seperti itulah keadaan yang dialami oleh al Imam asy Syatibi rahimahullah dalam menghadapi orang-orang pada zamannya. Beliau menceritakan keadaan pada zamannya :
"Aku dihadapkan kepada dua pilihan. Aku tetap mengikuti sunnah tetapi menyelisihi adat kebiasan manusia. Maka aku pasti mengalami apa yang dialami oleh siapa saja yang menyelisihi adat kebiasaan. Apalagi mereka menganggap adat yang mereka lakukan itu adalah sunnah. Jelas, hal itu merupakan beban yang berat, namun di dalamnya tersedia pahala yang besar. Atau aku mengikuti adat kebiasaan mereka tetapi menyelisihi sunnah dan Salafush Shalih. Maka akupun dimasukkan ke dalam golongan orang-orang sesat, wal iyadzu billah.
Hanya saja, aku dipandang telah mengikuti adat, dipandang sejalan dan bukan orang yang menyelisihi. Maka aku lihat, bahawa hancur kerana mengikuti sunnah adalah jalan keselamatan. Sesungguhnya manusia itu tidak ada gunanya bagiku nanti di hadapan Allah".

lihatlah wasiat Sufyan ats Tsauri rahimahullah berikut ini :
"Tempuhlah jalan kebenaran dan janganlah merasa asing kerana sedikitnya orang-orang yang melaluinya sehingga membuatmu ragu-ragu".

bukankah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengabarkan tentang perpecahan umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan yang selamat darinya cuma satu golongan saja ?
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً

"Umat Yahudi terpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan. Umat Nasrani terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ini akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan".
[ Hadits riwayat Ahmad dalam Musnad-nya (II/332), Abu Dawud dalam Sunan-nya (V/4) dalam kitab as Sunnah hadits no 4596. Lafazh di atas adalah riwayat Abu Dawud, at Tirmidzi dalam Jami'-nya (IV/134-135) dalam Abwaabul Imaan, hadits no 2778, beliau berkata: “Hadits hasan shahih”. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (II/1321) dalam kitab al Fitan hadits no 3991 secara ringkas]

Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan satu golongan yang selamat itu:

كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ

"Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu al Jama'ah"
[Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya (II/1322) dalam kitab al Fitan, hadits no 3993, dalam az Zawaa-id dikatakan: "Sanadnya shahih dan perawinya tsiqah"]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Ummatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke dalam neraka kecuali satu golongan.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya :

“Siapa dia wahai Rasulullah?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :

“(golongan) yang berada di atas apa yang aku dan para shahabatku berada (di atasnya).”
(HR. At-Tirmidzi dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-’Ash).

Berkata ‘Abdullah bin Mas’ud tentang Al-Jama’ah :

الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَك

“Al-Jama’ah adalah apa yang mengikuti kebenaran walaupun engkau sendiri”.

Berkata Abu Syamah dalam Al-Ba’its hal.22 :
“Dan apabila datang perintah untuk komitmen terhadap Al-Jama’ah, maka yang diinginkan adalah komitmen terhadap kebenaran dan pengikut kebenaran tersebut walaupun yang komitmen terhadapnya sedikit dan yang menyelisihinya banyak orang. kerana kebenaran adalah apa-apa yang jama’ah pertama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya berada di atasnya dan tidaklah dilihat kepada banyaknya ahlul bathil setelah mereka.”
Lihat : Al-I’tishom 2/767-776 tahqiq Salim Al-Hilaly, Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah Wa Manhaj Al-Asy’ariyah Fi Tauhidillah 1/20-23, Mauqif Ahlis Sunnah Wal Jama’ah 1/49-54, Mauqif Ibnu Taimiyah Minal Asy’ariyah 1/26-32.

Itulah makna dari sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :

إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

"Sesungguhnya Islam itu awalnya asing, kemudian akan kembali menjadi asing seperti awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang dianggap asing".

p/s : janganlah terpukau dengan banyaknya bid'ah dan para pelakunya. jangan pulak merasa asing dalam mengamalkan Sunnah kerana sedikitnya jumlah orang orang yang mengamalkannya, yang menjadi ukuran adalah hujjah dan dalil al Qur`an dan as Sunnah menurut pemahaman Salaf..



- via FB : Ibn Mujahid -

No comments:

Post a Comment